Bola.com, Jakarta Menarik rasanya mencari cerita sisi lain dari klub besar sepak bola. Tak hanya soal kesuksesannya, tapi juga menggali lebih dalam hingga dongeng dan mitosnya.
Kali ini, Bola.com mendapatkan kesempatan melawat ke museum klub tersukses di Liga Portugal, yaitu Benfica. Itu menjadi rangkaian agenda Korea-Korea Selecao pada hari kelima pemusatan latihan di Portugal, Senin (25/11).
Museum Benfica terletak satu kompleks dengan Estadio da Luz. Di dekatnya ada pusat merchandise resmi klub berjuluk As Aguias tersebut.
Memasuki museum, rombongan langsung disambut dengan patung sang pelatih kebanggaan Benfica, Bela Guttmann. Ia satu-satunya pelatih yang berhasil mempersembahkan gelar Piala Eropa yang kini dikenal dengan Liga Champions.
Namun, kesuksesan itu berubah menjadi hal buruk bagi Benfica. Melahirkan mitos kutukan yang hingga kini bukan hanya menjadi cerita fiksi belaka.
Berita video para pemain Korea-Korea Selecao (KKS) tiba di akademi Sporting CP, tempat dimana Cristiano Ronaldo muda ditempa yang menjadikannya hingga saat ini. Para pemain KKS dilatih langsung oleh pelatih akademi di Sporting CP.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
100 Tahun Tanpa Gelar Eropa
Bela Guttmann merupakan mantan pelatih dari Benfica pada 1959 hingga 1962.
Di tangan Guttmann, Benfica menjelma sebagai tim kuat di Eropa. Mereka bahkan berhasil menyabet dua gelar Piala Eropa (sekarang Liga Champions) pada 1961 dan 1962.
Tidak main-main, saat itu Benfica pada berhasil menumbangkan dua raksasa Spanyol, Barcelona pada 1961, dan Real Madrid pada 1962 di laga final Piala Eropa.
Sayangnya, kegemilangan Benfica tersebut menjadi awal mula dari petaka.
Guttmann yang berhasil membawa Benfica menjadi Raja Eropa berusaha mengajukan kenaikan gaji kepada presiden baru Benfica, Antonio Carlos Cabral Fezas Vital.
Namun, karena tuntutan dari sang pelatih dirasa tak masuk akal, permintaan tersebut ditolak. Bela Guttmann memutuskan meninggalkan Benfica. Tak hanya hengkang, pelatih Hungaria tersebut juga mengutuk Benfica.
Begini bunyi kutukan dari Bela Guttman, “Not in 100 years from now will Benfica win a European Cup” atau yang berarti Benfica tidak akan memenangkan Piala Eropa dalam 100 tahun mendatang.
Berusaha Melepas Belenggu Kutukan
Kutukan Bela Guttmann tersebut seolah nyata bagi Benfica. Sejak ditinggalkan oleh sang pelatih, tidak ada satu pun gelar Eropa yang berhasil mereka bawa hingga 2024.
Benfica hanya puas menjadi finalis Piala Eropa (Liga Champions) pada 1968, 1988, dan 1990. As Aguias, julukan Benfica, kalah dari Manchester United, PSV Eindhoven, dan Milan.
Nasib yang sama juga terjadi di kompetisi Liga Europa atau yang kala itu bernama UEFA Cup. Benfica gagal mengangkat trofi pada 1983 setelah kalah dari Anderlecht dengan skor 1-2.
Kasus paling baru adalah final Liga Europa 2013 dan 2014. Benfica lagi-lagi kandas di partai final setelah kalah dari Chelsea dan Sevilla.
Kini, Bela Guttmann telah tiada. Ia meninggal 28 Augustus 1981 dan dimakamkan di Wina, Austria.
Jika kutukan tersebut belum dicabut, akankan Benfica benar-benar tanpa gelar Eropa hingga 2062?