Bola.com, Jakarta Tahun 2024 belum lama berlalu. Di tengah banyaknya kontrovesi, termasuk pemecatan Shin Tae-yong, Timnas Indonesia tetap tangguh dan bersiap melanjutkan sederet laga Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Berdasarkan jadwal, tim yang kini ditukangi legenda Timnas Belanda dan Barcelona, Patrick Kluivert, pada 20 Maret mendatang akan bentrok kontra Australia. Lalu, lima hari kemudian, bertanding melawan Bahrain.
PSSI menargetkan kemenangan karena tambahan enam angka akan membuat jalan Jay Idzes cs. ke fase selanjutnya semakin terbuka lebar. Indonesia sendiri saat ini bercokol di posisi ketiga dengan tabungan enam poin.
Pengamat sepakbola Indonesia, Anton Sanjoyo, mengamini tahun lalu timnas punya jalan yang menarik sebab diwarnai kontroversi.
"Timnas di 2024 menurut saya perjalanannya menarik. Dalam arti, di tengah semua kontroversi soal Shin Tae-yong, di tengah kontroversi pemain-pemain diaspora, toh melaju. Melaju menurut saya punya janji untuk bisa paling tidak ke putaran keempat. Apalagi setelah mengalahkan Arab Saudi yang sejak lama sekali Indonesia nggak pernah ngalahin Arab Saudi," katanya via kanal YouTube Sportify Indonesia.
"Terlepas dari kontroversi begitu banyaknya pemain naturalisasi, tim ini menjanjikan. Terlepas dari jarangnya mereka berkumpul bersama, latihan bersama, bertanding secara kompetitif, tim ini cukup memberi euforia bagi rakyat Indonesia," imbuh Anton Sanjoyo.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Manner PSSI
Timnas, masih menurut Anton Sanjoyo, punya magnet yang luar biasa. Kapan dan di mana pun timnas bermain, di situ ada keramaian.
"Di tengah himpitan ekonomi, di tengah berbagai kesulitan-kesulitan kan sepak bola selalu menjadi katub pengaman dan timnas adalah yang paling kelihatan. Di tengah semua inflasi dan segala macam, timnas nggak pernah kehilangan penonton yang datang ke stadion maupun berkumpul dalam nobar. Euforianya luar biasa. Itu menurut saya sesuatulah. Sesuatu yang positif," ujarnya.
Terkait banyaknya pemain diaspora di timnas, Anton Sanjoyo mengaku tak terlalu ambil pusing. Soalnya, pemain diaspora juga punya hak yang sama serta diakui oleh hukum Indonesia.
"Juga soal kontroversi soal begitu banyaknya pemain diaspora yang bisa menjadi perdebatan panjang juga. Karena kalau menurut saya pribadi, nggak ada masalah dengan pemain diaspora. Bukan soal jumlahnya. Bukan soal pemain lokal atau pemain domestik kalah bersaing. Bukan itu. Kalau buat saya, yang namanya pemain diaspora silahkan saja karena mereka punya hak. Secara hukum pun mereka sah," tukasnya.
"Problemnya bagi saya, adalah manner-nya PSSI. Silakan pakai pemain diaspora. Mau banyak, mau sedikit, nggak bisa dihitung benefitnya. Yang pasti Indonesia di posisi yang cukup baiklah sekarang. Kalau nanti ngalahin Bahrain, ngalahin China kan otomatis punya kesempatan untuk paling tidak melaju ke putaran keempat."
Ditunggu Gebrakan untuk Grassroot
Hanya saja, PSSI jangan sampai terlena dan lupa kepada pembinaan usia dini. Biar bagaimana pun, Indonesia punya banyak bakat-bakat muda yang perlu perhatian khusus dari PSSI selaku federasi.
"Problemnya bagi saya, manner-nya PSSI terhadap pembinaan domestik. Kalau Anda investasi di pemain-pemain naturalisasi dan pemain diaspora, apa investasi Anda di pembinaan usia muda. Saya bikin kompetisi usia muda dari tahun 2010. Saya bikin kompetisi anak-anak dari tahun 2010, sekarang saya pegang juga yang namanya Indonesia Junior Soccer League. Saya selalu pegang U-14 kenapa? U-14 ini nggak ada yang urus. Jadi saya bikinkanlah kompetisi," tutur Anton Sanjoyo.
"Sepanjang pengalaman saya di kompetisi usia muda, tidak pernah ada cawe-cawenya PSSI yang cukup berarti untuk membuat kompetisi-kompetisi yang dibikin para swasta ini bisa maju dengan cukup baik. Nggak ada investasi di situ," tutupnya.