Singgung Pemain Muda Indonesia Banyak yang Rontok Jelang Usia Senior, Akmal Marhali: Itu karena Tak Ada Kompetisi

13 hours ago 4

Bola.com, Jakarta - Ini persoalan lawas pemain muda Indonesia dan harusnya menjadi perhatian serius PSSI selaku federasi tertinggi di tanah air.

Tak sedikit talenta-talenta muda berbakat kemudian rontok satu per satu di tengah jalan tanpa pernah menembus Timnas Indonesia di level senior. Mereka hilang begitu saja bak ditelan bumi. Sangat disayangkan.

Rakyat Indonesia berharap, kejadian tersebut tak menimpa para penggawa Timnas Indonesia U-17 besutan Nova Arianto yang baru saja berlaga di Piala Asia U-17 2025.

Tim Garuda Muda asuhan Nova Arianto baru saja mengukir sejarah karena lolos ke Piala Dunia U-17 2025 yang akan digelar di Qatar pada November 2025.

Kepastian itu diraih usai Matthew Baker dkk. sukses melaju ke babak perempat final Piala Asia U-17 2025 sekaligus juara Grup C dengan tiga kemenangan tanpa terkalahkan.

Berita Video, komentar Nova Arianto setelah Timnas Indonesia U-17 sukses kalahkan Korea Selatan di laga perdana Piala Asia U-17 2025

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Fenomena yang Tak Hanya Terjadi di Indonesia

Hanya saja, banyak yang cemas dan risau pemain yang ada saat itu rontok lalu hilang seperti para pendahulunya. Seperti sebuah kutukan, banyak pemain tim nasional yang bersinar di kategori usia kemudian menghilang tanpa jejak ketika memasuki usia senior.

"Ini fenomena bukan cuma di Indonesia, negara-negara lain seperti Brasil juga banyak pemain muda mereka rontok. Misalnya Adriano, akhirnya kan rontok juga," kata Akmal Marhali, pengamat sepak bola nasional, lewat tayangan YouTube SPORTIFY belum lama ini.

"Rontok itu bisa ada satu hal yang memengaruhi, misalnya kondisi psokologis dia. Kemudian motivasi dia juga, termasuk juga pergaulan dan lingkungan. Termasuk juga ekosistem sepak bola."

"Saya melihat kenapa kita luar biasa bagus di usia muda, bahkan kalau kita lihat usia 9 atau 10 tahun di luar negeri juara terus. SSB mana saja main di luar negeri, di Kuala Lumpur, Thailand, juara terus. Lewat semua," tukas Akmal.

Kompetisi Jadi Solusi, Bukan Sekadar Turnamen

Menurut Akmal, solusinya adalah PSSI harus membuat kompetisi usia muda. Dengan adanya kompetisi, bakat-bakat muda bisa terus mengasah kemampuan.

"Nah, sayangnya jenjang ini terputus. Ketika U-17, mereka tidak punya kompetisi berikutnya. Kompetisi loh, bukan turnamen. Sehingga kemudian bakat-bakat dan kemampuan mereka tidak terasah," beber Akmal.

"Kata orang, sepak bola itu adalah repetisi, pengulangan. Ketika kemudian dia tidak bermain dalam waktu 3-4 bulan misalnya, hilang kemampuannya," lanjutnya.

Teringat Primavera dan Baretti

Jurnalis senior itu juga menyinggung eks Primavera dan Baretti yang sebagian pemainnya tak lagi kedengaran di usia senior., di mana yang eksis bisa terhitung dengan jari.

"Kalau bicara itu, saya jadi ingat kita punya golden generation cukup banyak. Dulu ada Primavera, tapi kemudian yang tersisa di antara Primavera itu bisa dilihat namanya Kurniawan, Bima Sakti. Selebihnya kemudian hilang," ujar Akmal.

"Setelah itu ada Baretti. Nova Arianto termasuk. Saya mengikuti Nova Arianto sejak di Baretti dan ini termasuk pemain yang luar biasa. Ketika masuk Baretti dia masih striker loh. Kemudian berubah jadi bek," pungkas Akmal.

Read Entire Article
Bola Indonesia |