Kisah Perjalanan Dejan Antonic: Bagian dari Generasi Emas Yugoslavia yang Jatuh Cinta pada Sepak Bola Indonesia

6 hours ago 2

Bola.com, Jakarta - Bagi penggemar Liga Indonesia era tahun 1995 hingga memasuki awal milenium baru, tentunya tidak asing dengan nama Dejan Antonic. Pria berdarah Yugoslavia yang kemudian menjadi Serbia, pernah meniti karier di Ligina.

Dejan Antonic bukan nama baru di kancah sepak bola tanah air. Semasa masih aktif menjadi pemain, dirinya pernah singgah di beberapa klub di Indonesia.

Lahir di Belgrade pada 22 Januari 1969, Antonic memulai karier sepak bola di klub lokal terbesar di Serbia, Red Star Belgrade. Pada 1987, Antonic dipanggil untuk bergabung di skuat Timnas Yugoslavia.

Dalam perjalanan kariernya, Antonic lalu pergi ke Indonesia pada 1996 dengan bergabung ke Persebaya Surabaya. Selain Persebaya, Antonic juga sempat bermain untuk Persema Malang, Persita Tangerang, hingga Deltras Sidoarjo.

Setelah pensiun dari sepak bola. Antonic melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Mula-mula, ia membesut Kitchee yang bermain di Liga Hongkong pada 2005-2007.

Setelah malang melintang di luar negeri, Antonic akhirnya kembali ke Indonesia. Dari daftar kepelatihan dia pernah menangani Arema Indonesia selama 6 bulan pada 2012.

Setelah Singo Edan, Antonic berganti-ganti klub mulai dari melatih Pro Duta, Pelita Bandung Raya, Persib Bandung, Borneo FC, Madura United, PSS Sleman, hingga Barito Putera.

Tak banyak yang tahu tentang kisah perjalanan kariernya di sepak bola, termasuk cerita mengenai keputusannya mau bermain di Indonesia dan akhirnya menjadi seperti rumah sendiri bagi Dejan Antonic.

Konflik Balkan Bawa Dejan Antonic Temukan Cinta di Persib

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Tinggalkan Kampung Halaman

Dejan Antonic lahir dan besar di negara asalnya Yugoslavia atau yang kini menjadi Serbia. Bakat bermain sepak bolanya yang menonjol membuat tim terbesar di Yugoslavia, Red Star Belgrade menampungnya pada 1989/1990.

Dejan sempat bermain di Liga Belgia bersama Beveren dan kembali ke Yugoslavia. Namun ia tak lama bermain di kompetisi domestik Yugoslavia, karena pada 1996 ia pergi meninggalkan klubnya FK Obilic, untuk terbang ke Indonesia.

Perang yang berkecamuk di Yugoslavia sejak 1990, membuatnya harus pergi ke luar negeri. Pada 1996, Dejan pun mendarat di Surabaya, untuk mengawali kariernya di sepak bola Indonesia.

"1996 saya tiba di Surabaya dari Serbia, situasi negara saya ada banyak masalah seperti perang. Sebelum ke Indonesia saya main di Belgia, tapi ada politik yang jadi masalah buat pemain untuk keluar," tutur Dejan Antonic dalam obrolan di kanal Youtube Sport77 Official.

"Ada teman saya yang agennya Dejan Savicevic untuk saya agar main ke Indonesia, ada Roger Milla, Maboang Kessack zaman itu. Saya putuskan datang dan gabung Persebaya. Sebelumnya saya belum tahu Indonesia," tuturnya.

"Saya komunikasi juga dengan Dejan Gluscevic, mereka bilang cukup bagus dan sedikit keras. Adaptasi berjalan bagus dan bisa belajar banyak dari awal. Orang Indonesia hampir sama dengan orang Serbia, tidak ada yang keras atau sombong."

Terkesan di Indonesia

Banyak yang menanyakan kepadanya kenapa harus memilih bermain di Liga Indonesia. Sementara Dejan Antonic termasuk salah satu pemain berbakat dari generasi emas Yugoslavia bersama Davor Suker, Zvonimir Boban, Predrag Mijatovic, hingga Robert Prosinecki yang kemudian menjadi superstar di Timnas Kroasia.

Antonic juga punya pengalaman hebat sebagai pemain Red Star Belgrade dengan menjuarai Liga Champions tahun 1991.

"Saya senang di Indonesia karena seperti rumah sendiri di Serbia. Saya selalu dapat hal positif selama di Indonesia, banyak teman-teman. Dapat istri juga orang Indonesia. Luar biasa," beber Dejan.

Kenangan di Persebaya

Dejan Antonic sangat terkesan dengan Persebaya, klub Indonesia pertama yang dibelanya. Ia bertemu dengan para pemain terkenal Bajul Ijo di masanya, yang kini melegenda. Bagi Dejan, sebenarnya ada banyak talenta Indonesia yang kualitasnya tidak kalah dari Eropa.

"Tim yang bagus sekali, semua welcome. Banyak pemain Timnas Indonesia di sana seperti Bejo Sugiantoro, Anang Maruf, Aji Santoso. Saya lihat kualitas dari para pemain lokal tidak jauh berbeda dari Eropa," kenang pria 56 tahun.

"Saya kadang-kadang berpikir ada beberapa dari mereka sebenarnya bisa main di Eropa," kata Dejan menambahkan.

"Adaptasi dengan harus bangun jam 6 dan latihan jam 7 pagi. Kemudian kualitas lapangan yang berbeda dengan di Eropa. Tapi itu tidak membuat saya menyerah untuk tetap bertahan di sini," jelasnya.

Beda Karakteristik

Setelah sempat bermain di Liga Indonesia selama bertahun-tahun, Dejan Antonic merasakan perbedaan yang mencolok antara sepak bola Indonesia dengan Eropa, khususnya soal potensi pemain muda.

Ia menyebut ada perbedaan yang mencolok dari kultur dan karakteristik sepak bola di Eropa dengan Indonesia.

"Di Eropa kita banyak fokus untuk pemain agar lebih profesional, maka itu pemain muda dipaksa untuk lebih bagus. Memang butuh waktu, tapi harus sabar," bebernya.

"Di Indonesia tidak ada waktu untuk itu karena ada banyak tekanan seperti dari orang lain. Tapi sisi positif sepak bola di sini, bermain agresif, cepat, koordinasi cukup bagus, penting untuk sepak bola modern," tegas Dejan Antonic.

Sumber: Sport77 Official

Read Entire Article
Bola Indonesia |