Bola.com, Bandung - Kecaman keras datang dari Denni Susanto, pemilik Duta Pro Bina Taruna, dan Robby Darwis, pelatih Duta Pro Bina Taruna, terhadap dugaan kecurangan dalam proses drawing Liga 4 Nasional.
Drawing tersebut diketahui harus diulang setelah ada permintaan dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyusul temuan pelanggaran serius yang melibatkan satu di antara anggota Tim Verifikasi, Dessi Arfianto.
Denni Susanto menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut, yang menurutnya mencoreng nilai-nilai fair play dan semangat pembinaan yang sedang digalakkan PSSI.
Ia menuding Dessi Arfianto yang juga menjabat sebagai Ketua Asprov PSSI DIY, telah menyalahgunakan kewenangannya dalam proses tersebut.
"Langkah Pak Erick Thohir untuk mengulang drawing adalah keputusan yang sangat tepat. Tapi, saya berharap tidak berhenti di situ. Dessi dan Tim Verifikasi harus dihukum karena telah mencederai semangat pembinaan sepak bola," ujar Denni Susanto di Bandung, Rabu (16-4-2025).
Berita Video, komentar Nova Arianto setelah Timnas Indonesia U-17 sukses kalahkan Korea Selatan di laga perdana Piala Asia U-17 2025
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Upaya Penjegalan?
Denni menyebutkan bahwa dugaan manipulasi tersebut bukan hal baru. Menurut Denni, meski Duta Pro Bina Taruna sah menjadi anggota Asprov DIY dan berpeluang tampil di Liga 4 Nasional setelah pengunduran diri tim asal Maluku, Dessi tidak mengupayakan keikutsertaan mereka.
Tak hanya itu, Denni secara sepihak mengklaim bahwa Dessi telah berulang kali menjegal timnya dalam kompetisi, termasuk lewat keputusan wasit yang dianggap tidak adil.
Sebagai pembina sepak bola yang telah lama berkecimpung di dunia pembinaan pemain nasional, Denni berharap PSSI tidak lagi memberi ruang bagi oknum yang bermasalah.
Jauh dari Profesionalisme
Hal senada diungkapkan Robby Darwis. Robby menilai, kualitas kompetisi yang berlangsung tidak mencerminkan profesionalisme.
Mantan pemain Timnas Indonesia era 90-an itu juga mempertanyakan keputusan Asprov DIY yang menurutnya lebih berpihak kepada tim tertentu.
"Harusnya kami juara grup dan langsung lolos. Final itu cuma trik untuk menjegal. Dari segi kualitas, kami jauh di atas mereka," tudingnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti kepemimpinan pertandingan yang menurutnya tidak mendidik. Ia menuding ada keputusan yang merugikan timnya, seperti kartu merah mendadak di semifinal dan keputusan kartu yang tidak disertai peringatan terlebih dahulu.
"Apa itu mendidik pemain muda? Tidak, malah menjatuhkan semangat," kecam satu di antara legenda hidup Persib Bandung itu.