Biar Bisa Naik Level, Sepak Bola Indonesia Wajib Tiru 2 Hal Ini

3 months ago 30

Bola.com, Jakarta Mantan pemain asing yang pernah bermain di Liga Indonesia, Patrick Sofian Ghigani memiliki pandangan mengenai perkembangan sepak bola khusunya kompetisi Liga Indonesia.

Teratat ia pernah merasakan atmosfer Liga Indonesia saat membela klub Cendrawasih Papua dan Persiraja Banda Aceh. Ia pernah mengenakan seragam Cendrawasih Papua di tahun 2011 dan semusim kemudian hijrah ke Persiraja Banda Aceh.

Selain pernah menjadi pemain di Cendrawasih Papua dan Persiraja, Ghigani juga punya pengalaman melatih klub Persijap Jepara pada tahun 2018. Ia punya certia bermain bersama pemain-pemain hebat Indonesia pada zamannya.

Mulai dari Bambang Pamungkas, Irfan Bachdim, Bima Sakti, sampai Andik Vermansah.

"Saya bertemu dengan banyak pemain hebat di Indonesia, bagus di dalam dan luar lapangan, salah satunya Bambang Pamungkas. Dia adalah legenda sepak bola Indonesia, dari cara bermainnya sampai kepribadiannya," tuturnya dalam obrolan di kanal Youtube Akurasi TV baru-baru ini.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Banyak Pemain Potensial

Menurut Patrick Ghigani, pesepak bola Indonesia pada waktu itu banyak yang punya kualitas. Ia membayangkan kemajuan sepak Indonesia di era sekarang yang semakin banyak bermuculan pemain berbakat.

Hal itu dibuktikan semakin meroketnya prestasi Timnas Indonesia di kancah internasional. Seperti diketahui Jay Idzes dan rekan-rekannya kini bersaing sengit menuju pintu masuk putaran final Piala Dunia 2026.

"Selain itu ada Irfan Bachdim. Ketika saya datang ke Indonesia, dia masih muda dari Eropa, bermain sangat bagus di lapangan. Kemudian ada Bima Sakti, pemain yang sangat kuat, tubuh saya seperti bermain selama dua minggu setiap menghadapi dia," katanya.

"Lalu ada Andik Vermansyah yang sekarang juga di Persiraja. Dia penuh talenta ketika di Persebaya. Saya suka pemain-pemain seperti dia yang penuh enerjik dan kekuatan."

Perbedaan dengan Sepak Bola Eropa

Patrick Ghigani saat ini tinggal bersama keluarganya di Munchen, Jerman. Sepak bola masih digelutinya sampai sekarang dengan bekerja sebagai pelatih individual untuk talenta terbaik di kampus Bayern Munchen.

Ia menjawab pertanyaan mengenai perbedaan apa yang mencolok antara sepak bola Indonesai dengan Eropa. Pria 46 tahun itu menilai jika Indonesia wajib mengikuti langkah yang sudah dijalankan sepak bola Inggris dan Liga Jerman sebagai kibat sepak bola Eropa.

"Di Eropa, kami punya pendidikan yang sangat baik, kami memberikan banyak kekuatan dalam hal taktik. Perbedaan selanjutnya adalah pada kecepatan permainan. Di Bundesliga atau Premier League bisa dilihat bagaimana permainan dibangun dengan kecepatan, jadi perbedaan itu terlihat ketika dibandingkan dengan Liga Indonesia," papar Ghigani.

Cari Striker Haus Gol

Patrick Ghigani juga berbicara soal Timnas Indonesia yang cukup kesulitan mencari sosok striker ujung tombak yang tajam setelah Bambang Pamungkas. Meski kini dihuni striker diaspora seperti Rafael Struick dan Ragnar Oratmangoen, serta sejumlah striker lokal, namun masih belum terlihat tajam satu sama lain.

"Di Jerman juga seperti itu, ketika sudah lama mengadopsi tiki-taka, tapi di sisi lain kita tidak terlalu membutuhkan pemain di posisi itu. Tapi di Jerman mencari solusinya atau pengembangannya, saya yakin akan terlihat dalam beberapa tahun mendatang. Akan terlahir titisan-titisan Miroslav Klose, dan Indonesia pasti juga bisa."

"Harus mengembangkan dan mendidik pemain sejak usia muda. Indonesia punya potensi besar, karena punya bakat dan semangat. Indonesia punya fasilitas, punya ratusan juta bakat yang tersebar, sekarang yang harus dilakukan adalah mengembangkan mereka," imbuh pria berkewarganegaraan Tunisia.

Maksimalkan Potensi

Patrick Ghigani menyebut keuntungan besar yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai negara besar dan penggila sepak bola. Ia punya saran mengenai beberapa metode yang bisa dijalankan di Indonesia untuk memaksimalkan potensi seorang pemain dari usia dini.

"Harus ada program untuk membuat pemain-pemain yang penuh talenta agar bisa bermain setiap Minggunya, berkompetisi. Begitu juga dengan pelatih harus banyak yang bisa mendidik para pemain muda."

"Kemudian banyak orang pintar atau ahli di Indonesia, jadi harus ditempatkan di posisi yang tepat. Berikan waktu mereka untuk bekerja, bukan baru bekerja 3-4 bulan gagal langsung diminta pergi," tandasnya memungkasi.

Sumber: Kanal Youtube Akurasi TV

Pemain Bayern Munchen, Harry Kane, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Augsburg dalam laga pekan 11 Bundesliga 2024/2025 yang dihelat di Allianz Arena, Sabtu (23/11/2024). (AFP/Lukan Barth-Tuttas)
Read Entire Article
Bola Indonesia |