Kisah Noh Alam Shah, Langsung Ambil Lisensi Kepelatihan usai Gantung Sepatu: Ingin Tangani Klub Liga 1

1 month ago 11

Bola.com, Jakarta - Tak sedikit pesepakbola meneruskan karier sebagai pelatih usai gantung sepatu. Tak terkecuali eks penyerang dan kapten Timnas Singapura yang juga legenda Arema Indonesia, Noh Alam Shah.

Setelah pensiun dari Tampines Rovers, Singapura, pada 2015, Noh Alam Shah langsung berkutat dengan lisensi kepelatihan.

"Tahun 2015 lisensi C. Terus tahun 2017 ambil lisensi B. Lisensi A tahun 2020. Tahun ini ambil lisensi pro," ujarnya, via Kanal YouTube Sport77.

Along, demikian ia biasa disapa, belum lama ini baru kembali dari Jepang. Di Negara Sakura, ia dipercaya sebagai salah satu asisten pelatih Tokyo Verdy.

"Setahun di sana, baru pulang dari Jepang tanggal 2 Desember kemarin," ujar living legend yang kini berusia 44 tahun.

Menurut Noh Alam Shah, dirinya berminat menukangi tim Indonesia jika memang ada yang berminat memakai jasanya.

"Wah, pastilah. Soalnya itu target abang dari awal. Soalnya istri abang juga kan orang Indonesia. Jadi niat abang pulang ke sini, pensiun di sini, melatih di sini juga besar. Semoga suatu hari abang boleh melatih di sini," kata Noh Alam Shah penuh harap.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Lebih Senang Jadi Pemain

Saat ditanya enakan jadi pemain atau jadi pelatih, Noh Alam Shah lebih memilih jadi pemain. Pasalnya menjadi seorang juru raktik tak mudah karena harus berhadapan dengan banyak karakter pemain.

"Susah jadi pelatih ya. Hari-hari abang doa, jangan ketemu karakter Noh Alam Shah," ujarnya seraya tertawa terbahak-bahak.

"Dulu saya bikin pusing pelatih. Sudah di pinggir lapangan baru ngerti," imbuhnya masih disertai dera tawa.

Namun Along membantah dirinya masuk golongan pemain badung. "Enggak juga ya. Jiwanya terlalu besar kali. Kalau ada teman yang disakiti atau dicederai, pasti abang lindungi," jawabnya. 

"Ya, jadinya abang suka berontak. Terus kalau main, tidak menang, ya jadi ngamuk-ngamuk. Semangat terlalu besar," ujar pria kelahiran 3 September 1980.

Striker Lapar Gol Plus Temperamental

Selama menjadi pemain, Noh Alam Shah tak hanya dikenal sebagai striker lapar gol, melainkan juga sosok temperamental.

Di Timnas Singapura, ia merupakan 'bodyguard' bagi rekan-rekannya, terlebih pemain muda. "Itu memang sudah karakter," tuturnya.

Tak cuma di timnas, Noh Alam Shah juga tipikal pemain tanpa rasa takut kala membela Arema Indonesia di pentas Liga Indonesia, dari 2009 sampai 2012.

"Di Arema dulu, tahun 2010 saya dapat kartu merah tiga kali, kartu kuning sepuluh. Karena anak-anak ini semua penakut. Masih muda. Saya bilang,'enggak usah khawatir. Nanti kalau ada yang hajar, abang datang. Sepuluh kali abang hajar, 10 kali kartu kuning. Tiga kali hajar, tiga kali kartu merah. Di pertandingan berikutnya anak-anak itu jadi berani," ujarnya tertawa.

Meski sempat membela Persib Bandung dan PSS Sleman, namun Noh Alam Shah kadung identik dengan Arema. Bersama Singo Edan, Along hadir dalam 56 laga dengan torehan 50 gol.

Sebiji gelar Liga Super Indonesia 2009/2010 menjadi penanda kalau sang 'bad boy' pernah menjadi idola Aremania.

Read Entire Article
Bola Indonesia |