Muhammad Zein Alhadad Kenang Momen Spesial dalam Kariernya, Termasuk Kemenangan Bersejarah Kontra Arsenal

17 hours ago 8

Bola.com, Jakarta - Legenda hidup Niac Mitra sekaligus mantan pelatih Persija Jakarta, Muhammad Zein Alhadad, berbagi cerita menarik tentang pengalaman ketika masih aktif bermain sebagai pesepak bola profesional.

Hal itu disampaikan Zein Alhadad di channel YouTube Bicara Bola milik Akmal Marhali. Dalam perbincangan tersebut, pria yang akrab disapa Mamak itu mengenang lika liku perjalanan karier sepak bolanya.

Menurut Mamak ada beberapa momen spesial yang tak terlupakan dalam kariernya. Satu di antaranya ketika membela Timnas Galatama Selection sebagai wakil Indonesia di ajang King's Cup di Thailand pada 1988.

"Yang pertama tentu waktu di Thailand ketika tim nasional atau Galatama Selection bermain lawan Oman. Lawan Oman ini kita harus menang supaya bisa ke semifinal. Akhirnya kita menang tiga gol dan saya cetak dua gol," kenangnya.

"Setelah lawan Oman, itu lawan China. Saya tidak main di posisi saya karena waktu itu Ricky Yacobi sudah main. Saya main di sayap kiri. Alhamdulillah menang 3-1 dan saya cetak satu gol," sambung Mamak.

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

Cerita Kandaskan Arsenal

Peristiwa kedua yang menjadi kenangannya adalah saat Niac Mitra melawan jagoan Liga Inggris, Arsenal pada 16 Juni 1983 di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur.

Niac Mitra yang kala itu berstatus juara bertahan Galatama, berkesempatan menjajal The Gunners (julukan Arsenal) dalam turnya ke Asia. Sebelum jumpa Niac Mitra, Arsenal lebih dulu menang atas PSMS Medan dan PSSI Selection.

Hasilnya, Niac Mitra sukses menumbangkan Arsenal dua gol tanpa balas lewat aksi Fandi Ahmad dan Joko Malis. Pertandingan itu digelar di bawah terik matahari yang begitu menyengat karena dimulai pada pukul 14.00 siang.

"Waktu itu Arsenal main di Indonesia dan semua lawan dibantai 5-0. Tapi lawan Niac Mitra, dia ganti kita bantai 2-0. Karena apa? Satu, pada saat itu saya ingat mainnya setengah tiga sore. Panas ya. Yang kedua Niac Mitra habis juara waktu itu," katanya.

"Dan penonton itu sampai mengitari Gelora 10 November full mendukung dan akhirnya kita menang. Saya waktu itu walaupun tidak lama main, bersyukur bisa ketemu Pat Jennings dan bintang-bintang Arsenal," lanjut Mamak.

Dalam Balutan Merah-Putih

Selain prestasi hebatnya di level klub era kompetisi Galatama, Mamak adalah pemain langganan Timnas Indonesia medio 1986-1989. Aksinya memesona di Piala Raja Bangkok, Pra-Piala Asia, Piala Kemerdekaan, dan juga Pra-Piala Dunia.

"Kalau tim nasional main di Kualifikasi Piala Asia, Pra-Piala Asia, Pra-Piala Dunia, Piala Kemerdekaan. Ya di Galatama Selection itu main di Kings Cup di Thailand," ujar Mamak.

Setelah Niac Mitra bubar, Mamak memutuskan gantung sepatu. Berbekal pengalamannya sebagai pemain dia dipercaya asisten pelatih klub asal Surabaya lainnya, Assyabaab Galatama, pada 1991-1993.

"Terakhir main tahun 1990. Jadi pelatih mulai 1990 itu kan manajer pelatih rangkap player coach. Tahun 1994 saya jadi pelatih di Ligina, saya sama Rusdy saat itu dia manajer teknik. Waktu itu Assyabaab satu-satunya tim tanpa pemain asing," paparnya.

Jadi Pelatih Kepala

Setelah itu, pria berdarah Arab tersebut naik jabatan menjadi pelatih kepala. Mamak nakhoda utama Assyabaab selama empat tahun dari 1993 hingga 1997.

"Kita ditarget waktu itu 8 besar. Tahun 1994-1995 tapi Alhamdulillah kita masuk 4 besar dan waktu semifinal menang, sehingga juara 3. Finalnya waktu itu Bandung Raya sama Petrokimia, semua pakai pemain asing dan Assyabaab tidak pakai," ucapnya.

Terakhir Mamak menukangi klub pada 2021. Saat itu, dia mengantar Deltras FC promosi ke kasta kedua Liga Indonesia. Kemudian pada 2024, arsitek kelahiran 19 November 1961 tersebut didapuk sebagai asisten pelatih Tim PON Jatim.

"Sampai sekarang saya tidak pernah pensiun dari kepelatihan. Saya terakhir membantu Fakhri Husaini di PON Jawa Timur yang juara itu. Jadi tidak pernah saya pensiun karena belum menyumbangkan tenaga pikiran untuk tim nasional," pungkas eks asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 itu.

Read Entire Article
Bola Indonesia |