Bola.com, Biak - Presiden Direktur PSBS Biak, Eveline Sanita Injaya, berencana untuk meletakkan jabatannya setelah BRI Liga 1 2024/2025 selesai. Ada apa gerangan?
Eveline baru menjadi Presiden Direktur PSBS pada musim ini. Dia berhasil membawa klub promosi sekaligus juara Liga 2 pada musim lalu itu bersaing di BRI Liga 1.
Hingga pekan ke-32 BRI Liga 1, PSBS menempati peringkat ketujuh klasemen dengan 47 poin dari 32 pertandingan lewat perolehan 13 kemenangan, delapan imbang, dan sebelas kekalahan.
"Untuk saya, ini menjadi suatu pencapaian yang luar biasa. Kami sempat terseok-seok di awal putaran kedua. Tapi ternyata kami bisa bangkit dan sekarang duduk di posisi keenam. Ini apresiasi yang sangat besar untuk manajemen tim, ofisial, dan pemain," ujar Eveline.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Dinamika Membuat Ketidakcocokan
Namun, dinamika yang terjadi di manajemen PSBS membuat Eveline harus mengambil keputusan berat. Dia merasa sudah tidak nyaman memimpin tim berjulukan Napi Bongkar itu.
"Belakangan ini, terjadi sedikit kegaduhan di internal manajemen. Mungkin lebih ketidakcocokan dalam manajemen saja. Saya merasa di dalam PSBS seperti ada dua manajemen. Jadi bentrok terus," imbuh Eveline.
"Saya tidak leluasa mengambil keputusan. Banyak intervensi juga. Mungkin masalah terbesarnya ya ada di dana. Saya sebagai Presiden Direktur PSBS tidak bisa menjalankan kewajiban saya sepenuhnya."
"Ini tidak membuat saya nyaman untuk bekerja. Saya sebagai satu di antara petinggi di klub ini tidak bisa mengambil keputusan sesuai yang saya inginkan," ucap Eveline.
Aliran Dana Sempat Disetop
Eveline menceritakan bahwa pemilik saham mayoritas PSBS, yang tidak disebutkan namanya, sempat menyetop aliran dana selama beberapa bulan. Kondisi ini memaksa Napi Bongkar mengalami krisis finansial.
"Dalam tiga bulan terakhir, pemegang saham menarik diri untuk menyetop dukungan kepada kami karena kegaduhan itu," tutur Eveline.
"Selama tiga bulan itu ada permasalahan penunggakan gaji dan utang ke beberapa vendor. Ini yang membuat saya tidak nyaman menjalani profesi sebagai Presiden Direktur PSBS."
"Pemain-pemain juga sudah banyak yang memberikan komplain langsung kepada saya karena telat gaji, bonus, dan lain-lain. Setelah pemegang saham masuk lagi, baru sekarang kami bisa menyelesaikan dua laga terakhir di musim ini," kata Eveline.
RUPS Batal
Tekad Eveline untuk meninggalkan PSBS makin bulat tatkala Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Napi Bongkar yang dijadwalkan di Biak, Papua, pada Rabu (14/5/2025) dibatalkan secara mendadak oleh satu di antara pemegang saham minoritas.
"Semula kami dari manajemen sepakat untuk melakukan RUPS pada 14 Mei 2025 di Biak. Tanggal tersebut sudah ditentukan oleh salah satu pemegang saham minoritas. Tapi saat H-2, orang itu memutuskan untuk membatalkan RUPS. Hal ini yang membuat saya semakin tidak nyaman berada," ucap Eveline.
"Bagi saya PSBS adalah tim penting. Kami seperti keluarga dengan para pemain dan pelatih. Kami memikirkan masa depan tim ini seperti apa untuk ke depan setelah bertahan di Liga 1."
"Saya sangat bangga dengan pemain walaupun ada kegaduhan ini. Sebagai tanggung jawab, saya akan tetap bersama tim hingga akhir musim. Mari berjuang bersama-sama," imbuh Eveline.