Bola.com, Kediri - Indonesia kehilangan lagi satu tokoh dan legenda sepakbolanya. Ya, Rudy Keltjes telah menghadap Sang Khalik, Rabu (23/10/2024). Separuh lebih usia pria berdarah Belanda yang lahir di Situbondo, Jawa Timur, 72 tahun silam ini didedikasikan untuk keluarga, sepakbola, dan kegemarannya memelihara berbagai jenis unggas.
Tak kenal, maka tak sayang. Begitu lah bunyi pepatah. Penulis merasa terhormat dan bangga menjadi salah satu jurnalis yang sangat dekat dengan Rudy William Keltjes dan keluarga tercintanya.
Perkenalan dan kedekatan kami telah terjalin hampir seperempat abad. Tepatnya dimulai pada 2005 silam. Meski sebelum tahun itu, kami sering bertemu dan bertukar sapa ketika penulis mewancarai Rudy William Keltjes sebagai pelatih.
Almarhum Rudy William Keltjes sosok yang egaliter. Dia selalu memperlakukan dan menghormati seseorang bukan karena profesi, jabatan, atau kasta. Itu dibuktikan Rudy Keltjes beberapa kali mengajak penulis tidur di kamarnya bila bertemu di luar Jawa Timur.
"Selama di Jepara, kamu tidak usah tidur di hotel. Kamu tidur di kamar Om saja. Nanti kita bisa ngobrol macam-macam," katanya saat itu.
Pengalaman pertama tidur dengan legenda sepakbola Indonesia sangat menyenangkan, tapi juga pakewuh. Rudy Keltjes figur yang disiplin, semua barang tertata rapi di kamar, dan larangan nomor satu: tak boleh merokok!
Kedisiplinan Rudy Keltjes bagi pemain sangat menyiksa karena dia penganut pakem tim dengan fisik kuat. Tak pelak lagi, pelatih jangkung ini selalu punya program menyisipkan latihan pada siang hari saat suhu sangat terik. Kerugiannya tentu saja bagi pemain yang lembek selalu menolak dilatih Rudy Keltjes. Sebaliknya dia juga tak mau merekrut pemain yang lembek dan bukan petarung.
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Bertemu Lagi di PON 2012
Tujuh tahun berlalu. Allah SWT mempertemukan kami kembali di ajang PON Riau 2012. Ketika itu penulis diminta secara khusus oleh H. Harbiansyah, Ketua Asprov PSSI Kaltim, untuk mendokumentasikan semua aktifitas Tim Sepakbola PON Kaltim yang akhirnya merebut medali emas di even Nasional empat tahunan itu.
Tim PON Kaltim harus melakoni babak penyisihan grup di Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Karena jumlah hotel di daerah ini sangat terbatas, anak didik Rudy Keltjes pun terpaksa menginap di rumah warga yang mampu menampung seluruh ofisial, pelatih, dan pemain.
"Kasihan anak-anak tidur seperti ikan pindang dijejer-jejer. Kamu jangan tidur sama pemain. Nanti mereka sungkan sama kamu, lalu enggak bisa tidur nyenyak. Selama di sini, kamu tidur di kamar Om saja. Tapi jangan di bawah gypsum kap lampu yang mau jatuh itu," ucap Rudy Keltjes.
Dalam berbagai kesempatan pria yang terakhir tinggal di Surabaya ini cerita nostalgia genre tragedi dalam karirnya sebagai pelatih. Terutama kalo pertama jadi pelatih profesional bersama Lampung Putra di era Galatama pada 1989-1990.
"Setelah pensiun jadi pemain di Niac Mitra, saya mulai menekuni profesi pelatih. Lampung Putra klub pertama yang saya tangani sebagai pelatih kepala," tutur Rudy Keltjes.
Cerita Masa Lalu
Lantaran era profesional baru seumur jagung, mayoritas pengelolaan klub pun belum tertata rapi seperti sekarang. Pemilik klub merupakan orang-orang berduit yang peduli dan menggilai sepak bola.
"Salah satu orang itu Marzuli Warganegara, pemilik Lampung Putra. Dia punya bisnis pakan ternak merek Eterna. Sebelumnya, Marzuli pernah mendirikan Jaka Utama Lampung yang akhirnya dijual ke Bogor dan ganti nama Yanita Utama. Saya pernah main di Yanita Utama bersama almarhum Iswadi Idris. Kami bergantian jadi kapten tim dan dua kali menjuarai Galatama," ungkap Rudy Keltjes.
Di Lampung Putra, Rudy Keltjes digaji Rp700 ribu per bulan. "Ukuran waktu itu, gaji sebanyak itu termasuk besar karena gaji pemain masih Rp150-200 ribu per bulan. Sebagai pelatih baru, saya anggap gaji tersebut lumayan," katanya.
Namun, mantan pelatih Persipura ini tak sepenuhnya bisa menikmatinya jerih payahnya karena gaji tersebut sering dipinjam koki yang memasak kebutuhan pemain.
"Waktu itu saya hanya simpan uang gaji di bawah kasur. Saya tak punya rekening di bank. Biasanya, kalau akhir bulan ketika suplai dana untuk konsumsi dari bos telat, uang saya dipinjam untuk belanja oleh juru masak," kenangnya.
Padahal, waktu itu pria juga punya darah keturunan Madura itu sudah berkeluarga dengan dua anak masih balita. Tetapi, Rudy Keltjes sangat menikmati semua pengalaman tersebut. "Saya bangga bisa melatih Lampung Putra karena Pak Marzuli memberi wewenang penuh kepada saya. Mulai memilih pemain hingga menyiapkan pertandingan," ujarnya.
Jual Emas
Rudy Keltjes tak bisa melupakan kenangan pahit kala Lampung Putra melakoni tur Kalimantan menghadapi Pupuk Kaltim, Persiba Balikpapan, dan Barito Putera. Saat itu Rudy Keltjes memimpin rombongan selama 20 hari.
"Karena dana minim dan keuangan tak cukup, saya terpaksa jual kalung emas berat 1 ons, milik pribadi agar kami tetap bisa menginap dan makan. Kalung saya laku Rp10,680 juta. Uang dari jual kalung itu untuk hotel, makan, dan uang saku pemain selama tur," jelasnya.
Kendati begitu, Rudy Keltjes menganggap pengorbanan itu tak seberapa, bila dibanding ilmu dan pengalaman yang didapatnya.
"Dengan pengalaman itu, saya bisa kuat menghadapi segala masalah. Coba bandingkan dengan orang-orang gila bola seperti Nirwan Bakrie, almarhum Haji Sulaiman, Haji Harbiansyah, almarhum Haji Mislan, Pardede, dan Acub Zainal. Generasi sekarang ini kan tinggal meneruskan perjuangan mereka," tuturnya.
Meski sangat sayang dengan keluarga, tapi tak jarang Rudy Keltjes pun mengorbankan istri dan anaknya demi sepakbola. Kendati begitu, dia selalu mengajak keluarganya di mana pun dia melatih tim.
"Tantemu (istri Rudy Keltjes) itu tahan banting. Dia wanita terbaik yang dikaruniakan Tuhan untuk saya. Jual emas 1 ons dulu juga dapat izin sepenuhnya dari Tante. Dia orangnya tak tegaan lihat pemain susah," ungkapnya.
Turunkan Ilmu ke Anak
Rudy William Keltjes bisa tersenyum lega dan bangga. Sebelum wafat, dia telah menyiapkan dan menumpahkan ilmu melatihnya kepada Stefan Rulin Keltjes yang kini menangani Gresik United di Pegadaian Liga 2 2024/2025.
Stefan Keltjes yang juga pernah berbaju Persebaya ini tak memiliki karir panjang sebagai pemain, karena cedera lutut. Luka seperti dialami mendiang Papanya. Dia mulai digembleng jadi asisten Rudy Keltjes di Tim PON Jatim yang disiapkan tampil di Papua.
Rudy William Keltjes punya hobi memelihara unggas. Dia sangat paham bagaimana merawat dan membuat burung pandai berkicau hingga ayam petarung tangguh di arena.
"Nanti Om kasih kamu ayam hutan dari Madura. Om punya teman yang sering dapat ayam seperti itu. Kami pasti suka lihat bulu dan suaranya," ucapnya suatu saat. Selamat Jalan Om Rudy!